PEMBELAJARAN KOLABORATIF

  1. Pengertian Pembelajaran Kolaboratif
  2. Pengertian

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia arti kolaboratif adalah kerja sama.[1]

Pembelajaran kolaboratif adalah perpaduan dua atau lebih siswa yang bekerja bersama-sama dan berbagi beban kerja secara setara sembari, secara perlahan, mewujudkan hasil-hasil pembelajaran yang diinginkan.[2]

Pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) adalah proses pembelajaran yang dilakukan bersama-sama antara guru dengan siswanya. Guru pada hakikatnya adalah pembelajar senior yang harus mentransformasikan pengalaman belajarnya pada pembelajar junior. Guru harus membantu berbagai kesulitan yang dihadapi oleh para siswa. Demikian pula, antara siswa dengan siswa lainnya. Dalam konteks ini, peer teaching atau tutorial sebaya menjadi bagian penting, yang keuntungannya tidak semata untuk yang diajari tetapi juga untuk yang mengajari, karena siswa yang mengajari temannya akan semakin matang penguasaannya, sementara siswa yang diajari akan memperoleh bantuan teman sebayanya dalam proses pemahaman bahan ajar yang mereka dipelajari. Hakikatnya, collaborative learning yakni belajar yang saling membantu antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa lainnya.[3]

Berkolaborasi berarti bekerja bersama-sama dengan orang lain. Dalam praktek, pembelajaran kolaboratif bearti mahasiswa bekerja secara berpasangan atau dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama.[4]

Dalam pembelajaran kolaboratif, setiap anggota kelompok harus bekerja sama secara aktif untuk meraih tujuan yang telah ditentukan. Seandainya hanya ada satu orang yang menyelesaikan tugas kelompok sementara anggota lainnya hanya melihat, cara seperti ini tidak bisa disebut dengan pembelajaran kolaboratif.[5]

Sedangkan, pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai pembentukan kelompok kecil agar para siswa dapat bekerja sama untuk memaksimalkan proses pembelajaran masing-masing dan pembelajaran satu sama lain. Pembelajaran kooperatif menuntut para siswa untuk berkerja sama menyelesaikan tugas, berbagi informasi, dan saling mendukung. Dalam hal ini, pengajar merancang mengelola waktu dan sumber daya, serta memonitor pembelajaran para siswa.[6]

Dalam pembelajaran kolaboratif, tanggung jawab guru juga meliputi beberapa tugas, diantaranya:[7]

  • Mengorientasikan siswa pada tujuan dan sasaran pembelajaran kolaboratif.
  • Membuat keputusan mengenai ukuran, durasi, dan pengoperasian kelompok-kelompok pembelajaran.
  • Merancang dan memberikan tugas-tugas pembelajaran.
  • Memastikan partisipasi aktif.
  • Mengevaluasi dan menilai pembelajaran.
  1. Metode Pembelajaran Kolaboratif

Metode pembelajaran kolaboratif yang dapat diterapkan, sebagai berikut:

  • NHT (Number Head Together)

Number Head Together atau penomoran berpikir bersama merupakan jenis pembelajaran yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Number Head Together pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut, berikut langkah-langkah Number Head Together:[8]

  1. Penomoran

Guru membagi siswa ke dalam kelompok 5-6 orang, dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 6.

  1. Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan sesuai dengan materi yang akan diajarkan misalkan terkait Iman kepada Rasul.

  1. Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu, dan meyakinkan tiap anggota timnya untuk mengetahui jawaban tim.

  1. Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

 

 

  • PBL (Problem Based Learning)

Model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) telah dikenal sejak zaman John Dewey. PBL (Problem Based Learning) dikembangkan terutama untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual. Adapun langkah-langkah PBL (Problem Based Learning), sebagai berikut:[9]

  1. Buat kelompok

Siswa dibagi menjadi 5-6 orang setiap kelompok.

  1. Orientasi siswa pada masalah

Cara yang baik dalam menyajikan masalah untuk suatu materi pelajaran dalam PBL, yakni dengan menggunakan kejadian yang terbaru (yang sesuai dengan materi) sehingga membangkitkan minat dan keinginan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

  1. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Pada tahap ini dibutuhkan pengembangan keterampilan kerja sama diantara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama.

  1. Membantu penyelidikan

Guru dapat membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber atau dengan diberikan pertanyaan kepada siswa agar siswa berpikir tentang suatu masalah dan diperlukan untuk memecahkan masalah itu, dan guru menganjurkan pertukaran ide, selama dalam tahap ini guru memberikan bantuan yang dibutuhkan siswa tanpa menganggu aktifitas siswa.

  1. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Pada puncak PBL yaitu menyajikan hasil karya setiap kelompok yang sudah didiskusikan seperti penyajian laporan kepada teman kelas.

     [1] Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2014), h. 450

     [2] Elizabert E. Barkley, K. Patricia Cross, dan Claire Howell Major, Collaborative Learning Techniques Teknik-Teknik Pembelajaran Kolaboratif, (Bandung:Nusa Media, 2014), cet. 3, h. 6.

     [3] Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta:Kencana, 2004), h. 161.

     [4] Elizabeth, op. cit, h. 4.

     [5] ibid, h. 5.

     [6] ibid, h. 7

     [7] Elizabeth, op.cit, h. 44.

     [8] Zubaedi, op.cit, h. 131.

     [9] Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual, (Jakarta:Kencana, 2014), h. 65-75.

Tinggalkan komentar